awalnya saya juga solat dengan niat "mana lelaki ganteng" tapi begitu 15 menit sebelum solat dimulai,hati saya memacu mulut saya untuk berkata "subhanallah" tapi karena hati saya sedikit terkontaminasi dengan bayang-bayang gule ayam yang ada di rumah,mulut saya malah mengucap kata "anjir laper" sambil terus menatap ke arah seorang bapa-bapa kurus kerempeng yang berlarian dengan penuh semangat dari arah rumahnya. ia seakan-akan tak peduli akan keadaan fisiknya yang membuat ia menjadi pusat perhatian. tubuhnya yang bungkuk tak menghalangi ia untuk terus berlari. parasnya yang begitu ceria menyambut hari ini menutupi seluruh kekurangan fisiknya. larinya pun tak secepat lari orang yang sehat,secepat apapun ia berlari tetap saja ia tertinggal dengan barisan lainnya yang pada awal mulanya justru barisan itu berada di belakang si bapa tersebut. kaki kanan dan kaki kirinya seolah tak seimbang,tapi ia tak peduli,ia tak mau terlambat atau berlama-lama untuk berhadapan dengan Tuhannya. sepertinya ia tidak pernah memikirkan resiko bila ia terus menambah kecepatan berlarinya,karna resiko bila ia tidak berhati-hati maka ia akan jatuh di atas trotoar dan dengan kemungkinan kepalanya bocor,luka di sekujur tubuh dan kemungkinan-kemungkinan lainnya yang dapat lebih berbahaya. saat itu mata saya mulai terbuka,pikiran tentang gule ayam tak lagi menutupi jalannya otak dan hati nurani saya.
saya menghela napas lalu bertanya pada ibu saya,tante tini, "ma itu siapa?kenapa jalannya lucu?" kata saya sambil berusaha menutupi rasa sedih. dan kemudian tante tini pun menjawab, "itu Pa T---, sakit perkinson, kasian" saat itu mata saya tak pernah lepas dari tubuhnya yang bungkuk itu. kalau tidak salah,idul adha tahun kemarin,ia datang saat barisan sudah bubar. mungkin tahun ini ia tak mau kecewa. ia berusaha datang secepatnya padahal sangat sulit baginya untuk menggerakkan tubuhnya dengan waktu yang singkat. meski saya tak tahu siapa sih perkinson itu,tapi yang saya tahu perkinson itu adalah penyakit yang membuat penderitanya sangat menderita. saat ia membuka sandal,kakinya yang gemeteran itu terlihat begitu susah diangkat. ketika ia membungkukkan kepalanya dan hendak mengambil sandal pun terlihat sangat sulit baginya. ketika ia membuka sajadah,tangannya yang kaku mulai membetulkan lipatan-lipatan sajadah,dan saat ia menggelar sajadahnya dengan penuh hati-hati,tangan dan tubuhnya yang kaku tak begitu membantu. tapi mukanya tak pernah menunjukkan rasa lelah dan letih. dengan penuh semangat dan dengan keadaan yang pilu,ia terus berusaha menggelar sajadahnya dengan rapi. sesekali ia mengelap keringat yang bercucuran di dahinya. bayangkan bila kita ada di posisinya. perjuangannya untuk menggelar sajadah itu bukan apa-apa. baginya itu adalah hal yang sulit. dan mungkin bila kita menjadi dirinya,kita tidak akan muncul diantara para jama'ah solat idul adha ini. mungkin kita akan terbaring di rumah dengan alasan "sakit" dan yang ia lakukan kini adalah sebuah pengorbanan,perjuangan yang dibangun untuk kehidupannya di akhirat kelak. semua ia lakukan dengan ikhlas,tanpa ada yang membantu. saya tak tahu mengapa,begitu banyak orang di sekitarnya tapi tak ada 1 pun hati yang tergerak untuk mengulurkan tangannya. otak saya pun berputar "ma,emang itu ga punya anak ato istri?" "anaknya ada 3 ah,istrinya ada,kayanya lagi halangan. anaknya udah pada gede udah sukses,sarjana lagi" tante tini bercicit. mata saya kembali lagi ke arah Pa T,dia terus berusaha untuk duduk,TANPA ADA YANG MEMBANTU
rasanya saya ingin sekali untuk memegang tangan bapa itu dan menuntunnya tapi apa daya,saya duduk di antara rombongan ibu-ibu bertubuh gempal dan apabila mau keluar dari barisan ini saya harus rela berdempet-dempetan setengah mati. air mata terus saya tahan. kalau bisa saya memilih saya ingin pakai topeng kucing lalu terbang menyelamatkannya tapi saya mengingat bahwa saya bukanlah cat fly,jadi saya hanya bisa berdo'a agar bapa ini ditolong siapapun yang masih memiliki hati. saatnya tiba untuk menunaikan solat,saya berdiri dan merapikan shaf kemudian mata saya berputar mencari sosok Pa T. gak ada,"oh mungkin solatnya duduk" hati saya lega. tapi gak lama sebelum takbir,muncul sesosok tubuh beralaskan baju hijau. sosoknya yang berbeda dengan yang lainnya membuat saya mudah mengetahui bahwa itu adalah Pa T. ternyata begitu cintanya ia pada Tuhan,ia memilih untuk berkorban lebih jauh. solat sambil berdiri,layaknya orang sehat. tak henti mulut saya mengeluarkan decak kagum. ia membutuhkan waktu yang lebih lama 2 kali lipat daripada orang sehat untuk berdiri. DARITADI ternyata ia berusaha untuk berdiri,tanpa bantuan siapapun,ia terus mencoba untuk menegakkan tubuhnya meski hal itu terasa amat sulit,ia tak pernah berhenti mencoba hingga berhasil. saat solat dimulai pun gerakkannya lebih lama daripada jama'ah lainnya. bahkan saya akui,saat saya solat pun mata saya terus tertuju padanya.
bahkan sampai bubar solat pun TAK ADA YANG MEMBANTUNYA. di manakah hati kalian? atau sudah padamkah cahaya sosial kalian? kemana anak-anak bapa yang soleh ini? sudah mati kah mereka? atau hanya bersembunyi dibalik tembok rumah mereka? dan ternyata setelah saya caritahu lebih dalam tentang bapa ini,dia TAJIR,saat tahun kemaren dia naik haji,dan hebatnya ia terlihat sangat bugar di sana,justru sang istri yang segar bugar kenyataannya malah sakit-sakitan di tanah haji sana.God is fair. Allah SWT is very fair. begitu sampe rumah,saya langsung mengetik perkinson di google dan hasil yang keluar malah Robet Pekinson,Tom Perkusit dan perkinson-perkinson lainnya. melong berapa lama ternyata yang benar adalah parkinson dan lihat hasilnya :
liat sendiri ah dan sampai sekarang saat saya menyalakan televisi ada hal yang membuat saya sewot sendiri : nama dengan berbagai gelar di sana-sini. yang pantas menjadi imam bukan hanya seseorang yang memiliki gelar panjang di namanya dengan berbagai singkatan-singkatan tetapi orang yang berani berkorban dan mengorbankan sesuatu demi Tuhannya
dan itu semua dibuktikan oleh Pa T dengan keadaan yang amat pilu
tangan yang bergetar itu terus menerus mengelap keringat di dahinya dan tangan kanan yang kaku itu terus menerus memutar tasbih putih yang ia genggam,mulutnya terdiam tak mengucapkan apapun dan tak mengeluarkan ucapan takbir kemenangan, tapi saya yakin kalau hati dan seluruh hidupnya telah ia berikan hanya pada Allah SWT dan kaki yang terus menapak di tanah juga jantungnya yang masih terus berdetak pun hanya karena Allah SWT,kado dari-Nya untuk hamba-Nya yang mencintainyalihat pengorbanan seseorang yang sakit-sakitan untuk SOLAT IDUL ADHA sudah begitu panjangnya. dan kini mari kita berkaca,sebagai orang normal yang memiliki iman sudah sepantasnya bila kita mengambil hikmah dari sini. saya akui,untuk solat 5 waktu pun saya masih mengeluh,tetapi saya terus mencoba untuk menjadi hamba-Nya yang berguna,dan terus beribadah. toh itu pun untuk kehidupan saya di akhirat kelak
let's try this,jangan pernah tenggelam dalam hal duniawi,dan jangan anggap kita adalah orang yang paling malang karna sekalipun orang yang paling malang di dunia pasti akan terus berusaha untuk memperbaiki diri. lalu bagaimana dengan diri kita? hidup adalah kado terindah dari Tuhan dan apakah kita akan menyia-nyiakannya?
No comments:
Post a Comment